Pages

Selasa, 01 April 2014

Kenapa minder menjadi petugas perpustakaan?

Kenapa minder menjadi petugas perpustakaan?

Kalau ada pertanyaan, siapakah pahlawan tanpa tanda jasa itu? Pasti kita semua sepakat bahwa jawabannya adalah guru. Ya, karena seorang guru dengan ikhlas telah menjadikan kita semua pandai. Bahkan dari tangan seorang guru telah lahir manusia-manusia cerdas di negeri kita ini.  Mereka yang juara Olimpiade Fisika, Kimia, Matematika dan lain-lain, pasti berkat peran seorang guru mereka menjadi juara.
Tapi kalau ada pertanyaan bahwa, adakah pekerjaan yang lebih mulia di dunia ini selain menjadi guru/pengajar? Apakah anda tahu jawabannya?
Ya, semua orang pasti punya jawaban sendiri-sendiri. Tapi kalau boleh saya menjawab adalah mereka yang bekerja sebagai Pustakawan/Pustakawati. Kenapa mereka?
Pekerjaan sebagai guru memang pekerjaan yang mulia. Karena mereka yang dididik akan menjadi orang-orang yang pandai dibidangnya dan mempunyai bekal dalam kehidupannya. Tapi, coba kita tengok ke Perpustakaan. Disana disediakan berbagai macam ilmu yang dengan sangat mudahnya dapat kita ambil, dapat kita serap dan juga bisa kita terapkan kapanpun kita mau. Pernahkah anda mendengar slogan bahwa, “BUKU ADALAH GURU YANG SABAR”, atau “BUKU ADALAH GURU YANG DIAM”. Disinilah letak keistimewaan seorang Pustakawan/Pustakawati yang dengan sabar menyediakan guru-guru (buku) bagi kita sesuai guru (buku) yang kita kehendaki. Di dalam Perpustakaan banyak guru (buku) yang siap membimbing kita dengan ilmu yang kita inginkan. Peran seorang Pustakawan disini sangatlah penting, sangatlah mulia dalam melayani para Pemustaka. Mereka siap mencarikan ilmu yang ingin kita cari. Mereka siap menunjukkan guru (buku) yang ingin kita ambil ilmunya. Terlebih dijaman sekarang ini, dijaman krisis yang berkepanjangan bagi bangsa ini. Buku menjadi barang yang sangat mahal harganya. Buku menjadi barang yang sangat sulit dijangkau oleh kantong kita.
Sayangnya menjadi pegawai perpustakaan atau petugas pelayanan perpustakaan atau Pustakawan itu sendiri, masih banyak yang minder, yang tidak pede (percaya diri). Mereka menganggap bahwa itu adalah pekerjaan buangan. Pekerjaan yang tidak bisa dijadikan sebagai bekal hidup. Pekerjaan yang tidak bisa untuk peganngan  hidup.
Memang yang terakhir tadi bisa menjadi alasan kalau menilik perpustakaan yang berada di desa dengan format rumah baca, warung baca, taman baca, pondok baca, rumah pintar dan lain-lain yang biasanya bersifat sosial. Hal ini seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk mensejahterakan para pegawai perpustakaan atau petugas layanan perpustakaan. Bukankah Bapak Gubernur Jawa Tengah mempunyai semboyan “Bali Deso Mbangun Deso” dimana seluruh desa di Jawa Tengah ini diharapkan mempunyai perpustakaan untuk membangun desanya. Hal ini bisa sulit terwujud jika semua petugas pelayanan atau Pustakawan tidak merasa bahwa tugasnya itu sangatlah mulia sebagai penyedia guru bagi para Pemustaka.
Akhirnya saya menghimbau kepada sesama petugas perpustakaan baik itu petugas pelayanan, pengelola perpustakaan, Pustakawan dan lain-lain, mari dengan jiwa yang ihklas untuk ikut membangun bangsa kita ini dengan cara memintarkan masyarakat Indonesia, memberikan ilmu dengan menyediakan bahan pustaka yang berkualitas dan berguna. Jangan minder, jangan merasa rendah diri karena sesungguhnya pekerjaan ini sangatlah mulia bahkan lebih mulia dari pada seorang guru. Kalau guru memberikan ilmunya sesuai bidangnya, maka seorang petugas perpustakaan memberikan ilmu dengan berbagai macam guru (buku).
Tak lupa untuk pemerintah tolong kalau pekerjaan guru bisa sejahtera, harusnya seorang petugas perpustakaan juga bisa ikut disejahterakan atau setidaknya diberikan insentif. Bukankah kami juga ikut mencerdaskan & memberdayakan masyarakat dalam membangun bangsa ini.

jika menurut anda bermanfaat like dan tinggalkan commentnya ya..


0 komentar:

Posting Komentar